Sabtu, 14 Agustus 2010

Pemantapan Akidah Tauhid


Tauhid atau mengesakan Allah s.w.t. adalah merupakan pondasi yang paling dasar dari ajaran agama Islam. Karena itu, apabila seorang tauhidnya rusak atau ternoda, maka akan hancurlah segala amal perbuatan atau ibadahnya. Dengan demikian, tauhid dapat menentukan utuh atau rusaknya amal atau ibadah seorang.

Tauhid diambil dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan, yang artinya adalah mengesakan Allah s.w.t. Allah adalah Tuhan yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya. Karena itu, tauhid merupakan keyakinan yang harus kuat dan membaja dalam diri kita masing-masing. Keyakinan dengan akidah tauhid, tidak boleh tercampur dengan keraguan ataupun kebimbangan, mengenai hal ini Rasulullah s.a.w. bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ (متفق عليه)

Artinya : Diceritakan dari Abdullah bin Mas'ud r.a.: Aku bertanya kepada Nabi s.a.w. "Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah"? Jawab Beliau: "ialah kamu menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu". Aku berkata: "Kalau begitu, sungguh itu merupakan dosa yang sangat besar". Kemudian aku bertanya lagi: "Kemudian apa"? Nabi menjawab: "Kamu membunuh anak-anakmu, lantaran kamu takut ia akan makan bersamamu (takut menjadi miskin)". Aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi? Nabi menjawab: "Yaitu kamu menzinahi istri tetanggamu". (HR. Bukhari: 4389, Muslim: 124 )



1. Kata-kata Penting

Lafadz نِدًّا artinya adalah ِمثْلًا persamaan atau tandingan. Sedangkan lafadz عَظِيمٌ artinya agung atau besar. Lafadz حَلِيلَةَ artinya istri atau pasangan.



2. Perbuatan yang Tergolong Dosa Besar

Hadis tersebut di atas menjelaskan kepada kita bahwa ada tiga dosa yang terbesar dari dosa-dosa besar lainnya. Yang pertama adalah (1) menyekutukan Allah, (2) membunuh anak-anak, (3) berzina dengan istri tetangganya.



a. Menyekutukan Allah

Larangan menyekutukan Allah, banyak sekali disebutkan dalam al-Qur'an, karena sesungguhnya Allah adalah Esa, satu-satunya yang harus disembah oleh semua makhluk. Disebutkan dalam firman-Nya:


إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي (١٤)

Artinya : “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaaha [20]: 14)

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ (٩٢)

Artinya : “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiyaa’[21]: 92)

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (١١٧)

Artinya : “Dan barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al Mukminun [23]: 117)


Dari ayat-ayat tersebut di atas, kita bisa mengetahui secara pasti bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Esa, yaitu tidak ada yang menyerupai dan menandingi-Nya yang disebut dengan tauhid. Tauhid ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) tauhid uluhiyyah (hanya menyembah kepada Allah saja). (2) tauhid rububiyah (meyakini Allah pencipta alam semesta dan pemelihara semua makhluk-Nya, (3) Tauhid al-Asma' wa al-Sifat, artinya mengesakan asma-asma dan sifat-sifat Allah. Kita mengetahui, bahwa asma-asma (Asma Al-Husna) itu jumlahnya ada 99, namun hakikatnya adalah Esa, semua sifat pada Allah itu tidak sama dengan semua sifat yang ada pada maklhuk. Karena itu, disebut tauhid asma wa sifat (Keesaan Allah dalam sifat dan namanya). Demikian juga dalam kekuasaan-Nya menciptakan, memelihara dan membinasakan alam semesta (kerububiyahan-Nya) tidak ada sesuatu yang ikut berserikat terhadap kekuasaan-kekuasaan tersebut. Disebutkan dalam firman-Nya:

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ قُلِ اللَّهُ

Artinya : Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". )QS. Al Ra'du [13]: 16)

Dalam ayat lain,

رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (٦)رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (٧)لا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ (٨)

Artinya : “Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui, Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini.Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menghidupkan dan yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu.” )QS. Al Dukhan [44]: 6-8)

Ayat-ayat di atas menegaskan kepada kita bahwa, tauhid kita selain uluhiyyah, kita harus juga mempunyai tauhid rububiyah yaitu meyakini penciptaan semua alam dan makhluk adalah Allah s.w.t. tidak ada yang menyamainya.

Dalam hadis Qudsi, yang dinukil oleh Imam Bukhari dari sahabat Ibnu Abbas:

قَالَ اللَّهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَزَعَمَ أَنِّي لَا أَقْدِرُ أَنْ أُعِيدَهُ كَمَا كَانَ وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ لِي وَلَدٌ فَسُبْحَانِي أَنْ أَتَّخِذَ صَاحِبَةً أَوْ وَلَدًا

Artinya : Allah berfirman: Bani Adam (manusia) telah mendustakan Aku, padahal ia tidak mempunyai hak yang demikian itu, dan ia memaki-maki Aku, padahal ia tidak mempunyai hak untuk itu. Adapun pendustaan manusia terhadap Aku, ialah menyangka bahwa Aku tidak bisa mengembalikannya seperti semula. Sedangkan makiannya kepada Aku ialah ucapannya kepadaKu bahwa Aku mempunyai anak. Maha suci Aku dari mengambil teman hidup atau mempunyai seorang putra." (HR. Bukhari, No: 4122).

Manakala kita telah meyakini bahwa Allah itu wujud dan qadim, sebelum terwujudnya segala sesuatu, maka pastilah bahwa segala sesuatu yang diciptakan itu merupakan sesuatu yang baru (hadis), bukan qadim lagi, maka mustahil sekali kalau Tuhan itu diciptakan. Manakala kita meyakini bahwa tidak ada sesuatupun yang menyerupai atau menyamai jenisnya, maka batallah anggapan bahwa Allah memerlukan teman hidup atau mempunyai putra.

Oleh karena itu setiap orang yang menyekutukan Allah dalam ke-uluhiyahan-Nya, ke-rububiyahan-Nya, dzat-Nya, sifat-Nya dan af'al-Nya adalah dosa besar.


إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

Artinya : “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.” (QS. Al Maidah [5]: 72)


b. Membunuh Anak

Kalau kita mengkaji kehidupan manusia pada masa jahiliyyah, kita akan menjumpai kebiasaan sebagaian masyarakat jahiliyyah, yang mengubur anak perempuannya hidup-hidup atau membunuh anak-anaknya, karena takut merepotkan, takut tidak mampu memberikan nafkah (makanan), atau takut menanggung malu, tindakan itu merupakan dosa yang sangat besar. Mungkin dalam kehidupan modern hal seperti ini, tidak dijumpai lagi, namun demikian, masih sering dijumpai pembunuhan anak, pada masa sekarang dengan cara menggugurkan kandungan. Baik yang digugurkan itu, kandungan karena "kecelakaan" (hubungan seks di luar pernikahan), atau kandungan yang tidak dikehendaki oleh pasangan suami istri yang bersangkutan. Tindakan yang seperti itu merupakan dosa yang besar, karena ajaran Islam sangat menghormati kehidupan manusia. Begitu janin sudah terjadi pembuahan antara sperma dan ovum dalam rahim seorang ibu, maka janin itu memiliki hak hidup dan tidak boleh dirusak. Jika merusaknya, berarti telah melakukan dosa yang sangat besar.


c. Berzina dengan Istri Tetangga

Berzina secara umum juga merupakan dosa besar, sedangkan berzina dengan istri tetangga dosanya lebih besar lagi. Mengapa? Karena, (1) seharusnya tetangga itu menjaga dan memelihara hak tetangga yang lain dengan baik. Setiap orang, dalam ajaran Islam diarahkan untuk melindungi tetangganya dan harus saling berbuat baik. Orang yang berani menzinahi tetangganya, berarti ia telah mengkhianati tetangganya. Perbuatan ini merupakan dosa yang sangat tercela. (2) Di samping melakukan perbuatan zina yang dilarang keras, juga mengkhianati dan mendzalimi tetangganya. (3) Larangan ini sangat keras, karena, berzina dengan istri tetangga itu sering tidak diketahui orang lain, sehingga luput dari pandangan manusia secara umum.


3. Kesimpulan:

1. Setiap orang mukmin harus terus menjaga kelestarian akidah tauhid, dengan meng-Esakan Allah s.w.t. Esa dalam wujud-Nya, Esa dalam uluhiyyah-Nya, Esa dalam af'al-Nya, Esa dalam nama dan sifat-Nya, Esa dalam rububiyyah-Nya dan seterusnya. Setiap mukmin tidak boleh mencampuradukkan antara keyakinan dan keragu-raguan dalam iman. Keyakinannya harus murni kepada Allah s.w.t.

2. Larangan melakukan tindakan pembunuhan terhadap sesama umat manusia, meskipun pembunuhan itu dilakukan dengan cara pengguguran kandungan. Itu merupakan dosa yang sangat besar.

3. Setiap orang harus berhati-hati dalam bergaul dengan tetangganya, sehingga tidak melakukan dosa-dosa yang terjadi, yang akan mengkhianati dan sekaligus melakukan dosa besar terhadap Allah s.w.t.

4. Kehati-hatian dalam bergaul harus selalu dijaga, sehingga pergaulan menjadi mulus dan selamat dari perbuatan dosa dan perbuatan tercela lainnya.


Sumber :

 Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

http://www.islamic-center.or.id/life-and-style-mainmenu-31/buku-saku/35-buku-saku/1160-pemantapan-akidah-tauhid

5 Agustus 2009


Sumber Gambar:

http://firdaus123.files.wordpress.com/2009/09/allah2.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar